Jinx historis ini yang mengganggu pikiran Arsene Wenger saat melihat hadangan jadwal bulan ini. Bayangkan, Liverpool, Manchester United, dan klub yang sedang konsisten di Premier League, Southampton, plus Borussia Dortmund dan Olympique Marseille di Liga Champion jadi lawan.
Jadi, bisa dibayangkan leganya Le Professeur seusai Liverpool digasak dua gol tanpa balas pada laga perdana BPL bulan November dan dilanjutkan dengan gedoran Aaron Ramsey di Signal Iduna Park saat membalas kekalahan dua minggu sebelumnya dari Dortmund di kancah Liga Champions.
Ramsey jelas merupakan kunci keberhasilan Wenger sejauh ini. 11 gol dan enam assist di semua kompetisi, pencapaian anak muda asal Wales ini bahkan melebihi ekspektasi akan marquee player anyar Arsenal, Mesut Oezil.
Namun, kunci utama adalah kolektivitas, apalagi sejak kembalinya Santi Cazorla dan semakin membaiknya old crack Tomas Rosicky di lini tengah. Dua kemenangan pada awal November tanpa kebobolan adalah untuk kali pertama sejak musim 2003/04 ketika The Gunners terakhir kali jadi juara Inggris.
Minggu ini juga Wenger harus menjawab dengan laga berat ketiga. Faktor gagal sejarah juga sering mewarnai Arsenal saat tandang ke Old Trafford. Catatan sepuluh kunjungan Arsenal terakhir ke Old Trafford sangat miris. Hanya satu kemenangan, dua hasil imbang dan tujuh kali kalah, termasuk skor 2-8 dua musim lalu.
Ditambah semakin membaiknya polesan David Moyes terhadap Wayne Rooney dkk yang sempat mencatat tiga kemenangan beruntun sebelum kegagalan penalti Robin van Persie hanya menghasilkan satu poin di markas Real Sociedad.
Namun, saat ini adalah kesempatan terbaik Wenger untuk mematahkan jinx Old Trafford untuk kali pertama sejak 2006/07, sekaligus memupuskan sejarah bahwa letupan meriam Arsenal biasanya berat menggelegar pada bulan November.
MANCHESTER UNITED 45 – 55 ARSENAL
SOUTHAMPTON vs HULL CITY
Bagi masyarakat Inggris, Manajer Southampton Mauricio Pochettino selama ini hanya dikenal sebagai pemain timnas Argentina yang memberikan penalti bagi kemenangan The Three Lions saat kedua negara bertemu di putaran grup Piala Dunia 2002 lalu.
Namun, polesan sejarah kelam Pochettino itu terhapus saat mulai menangani The Saints pertengahan musim lalu menggantikan Nigel Adkins. Soton dibawa keluar dari ancaman kembali ke Championship dan musim ini Adam Lallana dkk dibawa sampai ke papan atas lewat penampilan mengagumkan.
Defending Saints Style adalah pola yang diusung Pochettino dengan menekan di sepertiga lapangan permainan lawan saat pasukannya kehilangan bola. Hasilnya—terlepas dari blunder of the week penjaga gawang Artur Boruc minggu lalu, Southampton baru kemasukan empat gol dari 10 laga. Hanya AS Roma di Serie-A yang lebih baik.
Kinerja Jay Rodriguez dan Rickie Lambert di depan, walaupun maksimal hanya menelurkan dua gol dalam satu laga, sangat efisien memetik angka penuh.
Lupakan bahwa Soton dengan sebagian besar lapis keduanya kalah dari Sunderland di perdelapan final Piala Liga, tetapi dengan rekor tidak kebobolan di tiga laga kandang terakhir, akan sulit bagi Hull City untuk melakukan hal yang tidak bisa dilakukan oleh Crystal Palace, Swansea City, dan Fulham. Apalagi anak asuhan Steve Bruce hanya piawai saat laga dimainkan di KC Stadium, tidak saat mereka melawat ke kandang lawan.
SOUTHAMPTON 60 – 40 HULL CITY
Sumber :http://bola.kompas.com/read/2013/11/09/0526013/Bulan.Redam.Letupan.Meriam.London
total komentar :