Saat Fernando Llorente memutuskan untuk pindah dari Athletic Bilbao ke
Juventus, muncul keraguan dari banyak kalangan. Seorang agen pemain
FIFA, Ernesto Bronzetti, bahkan berujar lebih keras lagi. "Pemain
Spanyol selalu gagal di Serie A karena mentalitas mereka. Saya tidak
tahu kenapa, tapi mereka takkan berhasil," ujarnya.
Kekhawatiran
ini menjadi "wajar" karena Serie A memang sempat terkenal sebagai
kuburan bagi pemain-pemain berdarah Spanyol. Nama-nama Javier Farinos,
Jose Mari, Gaizka Mendieta, dan Diego Tristan dapat dikatakan gagal
dalam menjalankan kariernya di Italia.
Maka, jika seorang
pesepakbola berdarah Spanyol diberi tawaran untuk hijrah ke Serie A,
tidak akan jadi hal aneh bila mereka malah menolak.
"There’s nothing like staying at home for real comfort". Mungkin ini yang akan berlaku bagi para
Spaniard saat berhadapan dengan pertanyaan di atas.
Gaya Permainan yang Tak Cocok
Gaya
permainan yang berbeda antara Italia dan Spanyol sering disebut-sebut
sebagai salah satu penyebab ketidakcocokan tersebut. Soal apa yang
diucapkan oleh Bronzetti tentang mentalitas pemain, tentu saja banyak
yang tidak setuju, karena toh banyak juga yang sukses di luar Italia.
Tentang gaya permainan, faktor yang kerap menjadi ciri khas sepakbola negri itu Italia adalah taktik. Dunia tahu,
calcio kerap didefinisikan sebagai sepakbola yang pemain-pemainnya harus memiliki keseimbangan baik dalam segi fisik maupun taktik.
Skill luar
biasa para pemain Spanyol tidak akan berarti apa-apa jika tidak
didukung dengan kepahaman pemain dalam penempatan posisi yang baik, baik
saat tim sedang menguasai bola ataupun tidak. Artinya, pemahaman taktik
pemain menjadi penting bagi gaya permainan sepakbola ala Italia.
Bahkan
Llorente pun sempat diberi "keistimewaan" oleh Antonio Conte sebelum ia
diizinkan bermain dengan rekan-rekannya di laga Piala Super Italia.
Dikabarkan oleh harian
La Gazzetta Dello Sport, kala itu Conte
sengaja memberi "les privat" bagi Llorente selama 30 menit karena ia
tidak puas atas ketidakpahaman Llorente pada gaya permainan timnya.
Tuntutan
untuk bermain taktis dari seorang pelatih perfeksionis seperti Conte
membuat Llorente kebingungan. Hal ini yang akhirnya membuat Llorente
tidak dipilih untuk bermain pada pertandingan melawan Lazio tersebut.
Di
samping aspek iklim, bahasa dan kultur, gaya permainan yang berbeda ini
sering kali dijadikan kambing hitam atas tidak suksesnya pemain Spanyol
di Italia -- walaupun sesungguhnya ragam bahasa Italia dan Spanyol
memiliki "kedekatan".
Mengorbankan Kebebasan demi Taktik
Untuk soal
kepahamaan taktik ini, tak melulu pemain Spanyol bisa disalahkan.
Soalnya mereka seringkali ditempatkan bukan pada posisi yang biasa
dimainkan di Spanyol. Akibatnya, beban muncul tidak hanya dari tuntutan
untuk memamerkan skill mereka, tapi juga dari tugas dan beban pikiran.
Hal ini banyak dijelaskan melalui beberapa kegagalan pemain Spanyol
seperti Jose Mari, Mendieta, dan Tristan.
Jose Mari, misalnya.
Pindah dari Atletico Madrid ke AC Milan, gelandang serang ini dikenal
sebagai pemain muda dengan talenta hebat tapi gagal bersinar di Italia.
Sebabnya, kebebasan untuk bergerak ke depan, menyerang dan mengembangkan
kreativitas yang jadi keunggulan Jose Mari, tidak pernah didapatkan.
Malahan ia dipaksa untuk tetap pada rencana dan taktik yang telah
diterapkan pelatihnya. Hal ini menjadi hambatan tersendiri pada
mobilitas dan kepercayaan dirinya.
Begitu juga dengan apa yang
dialami oleh Mendieta. Didatangkan Lazio dengan harapan dapat
menggantikan peran yang ditinggalkan oleh Pavel Nedved dan Juan
Sebastion Veron, ia juga tidak bisa melanjutkan kecemerlangan kariernya
seperti di Valencia.
Mendieta bahkan hanya bertahan selama semusim. Ia tampil sebanyak 15 kali, hanya lima kali sebagai
starter. Penyebabnya sama: kreativitasnya "dikorbankan" demi taktik tim.
Lalu,
jika dikaitkan dengan kondisi sekarang, mengapa pemain Spanyol seperti
Borja Valero, Pedro Obiang dan Jose Callejon bisa cukup sukses di
Italia? Ya, jawabannya adalah dengan memaksimalkan fungsi, peran dan
kemampuan pemain pada skema yang tepat.
Ini
tergambarkan dengan apa yang dialami oleh Borja Valero. Ia mengaku
sempat takut sebelum memutuskan pindah ke Italia. Namun, melihat
bagaimana ia begitu penting dalam skema Fiorentina saat ini, semua
ketakutan itu akhirnya jadi terbantahkan.
Peran Borja ketika
bermain di La Liga bersama Villarreal kembali ia dapatkan di Fiorentina.
Kebebasan dalam berkreativitas, mobilitas, dan penempatan peran yang
sesuai jadi faktor keberhasilan kelanjutan karirnya di Serie A. Apalagi
ia juga tipe pemain pekerja keras yang juga baik dalam bertahan.
Hal
yang sama juga dialami oleh Callejon, salah satu bagian dari gerbong
pemain yang dibawa oleh Rafa Benitez. Ia mampu tampil maksimal dan
sejauh ini berhasil menorehkan 4 gol di liga. Begitu juga dengan apa
yang dialami oleh Raul Albiol dan Pedro Obiang.
Peran Pelatih
Keberhasilan yang dialami oleh Borja, Callejon dan Pedro Obiang
(Sampdoria) tidak dapat dilepaskan dari faktor pelatih yang menangani
mereka. Meskipun Fiorentina tampil dengan formasi 3-5-2 layak tim Italia
lainnya, Vincenzo Montella memang sengaja menuntut gelandang tengahnya
untuk mampu berkreasi lebih di lapangan. Selain karena tuntutan fans
supaya timnya bermain indah, strategi ini juga digunakan agar Fiorentina
mampu menguasai lini tengah guna mengendalikan serangan. Hal tersebut
tentunya sangat cocok dengan gaya permainan Borja Valero.
Di
Napoli, Callejon juga diberi kebebasan untuk bergerak di sisi kanan
penyerangan, dan itu membuatnya cukup produktif. Perannya yang cocok
dengan skema 4-2-3-1 ala Benitez juga turut mendukung keberhasilannya
sejauh ini di Italia.
Melihat pada beberapa contoh di atas, bisa
diartikan bahwa peran pelatih dalam memaksimalkan potensi juga menjadi
faktor kunci keberhasilan bagi pemain.
Keraguan akan keberhasilan
pemain Spanyol mungkin saja akan selalu muncul. Namun, apabila melihat
pada kondisi sekarang, pandangan ini akan perlahan berganti. Semua
tergambarkan dengan performa dari Obiang, Albiol, Callejon juga Borja.
Setidaknya, hingga saat ini, tidak ada yang meragukan bagaimana akan
perjalanan masa depan karier mereka.
Saat ini ada 10 pemain asal
Spanyol berkiprah pada Serie A. Tidak semuanya sukses, memang. Akan
tetapi, dengan meningkatnya pengaruh pemain Spanyol pada kompetisi ini,
setidaknya terbukti bahwa kompetisi Serie A pantas untuk dalam
memberikan kesempatan kepada pemain Spanyol.
|
Jose Callejon |
Sumber :http://sport.detik.com/aboutthegame/read/2013/10/31/105326/2400256/1497/menilik-para--matador--yang-mulai-berjaya-di-tanah-italia